Prodi Ilmu Komunikasi dan KPI Pusat Gelar Diseminasi Hasil Riset, Diskusikan Kualitas Siaran Infotainment
YOGYAKARTA – Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga, bekerja sama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dan Center for Communication Studies and Training (COMTC), menggelar Diseminasi Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi (IKPSTV) Tahun 2025.
Kegiatan yang berlangsung di Conference Room FISHUM UIN Sunan Kalijaga, Jumat (14/11/2025), ini mengangkat tema "Upaya Meningkatkan Kualitas Program Infotainment yang Informatif, Edukatif dan Menghibur".
Acara dibuka dengan sambutan dari Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi, S.Ag., M.A., M.Phil., Ph.D. Rektor menekankan pentingnya peran akademisi dalam mengkaji isu-isu publik, termasuk kualitas siaran.
"Melalui risetlah kita tahu persis apa yang terjadi, terutama dalam kaitan dengan kualitas penyiaran di republik ini. Ini menjadi bukti komitmen UIN Sunan Kalijaga dalam merespons isu-isu nasional dan menawarkan pencerahan," ujar Prof. Noorhaidi.
Turut memberikan sambutan secara daring, Ketua KPI Pusat Ubaidillah dan Keynote Speaker Dr. H. Sukamta dari Komisi I DPR RI.
Sesi pemaparan inti menampilkan hasil riset IKPSTV 2025 yang disampaikan oleh Koordinator Bidang Litbang KPI Pusat, Andi Andrianto, M.I.Kom. Riset tersebut menunjukkan bahwa rata-rata indeks kualitas program infotainment tahun 2025 masih di bawah standar KPI. Dimensi seperti 'Penghormatan Hak Privasi' dan 'Hedonistik' menjadi catatan utama yang perlu diperbaiki.
Komisioner KPI Pusat, Amin Sabana, menegaskan komitmen KPI dalam melakukan pengawasan. "Karena program infotainment menggunakan klasifikasi R, remaja. Dan tentu kita berusaha untuk melindungi anak dan remaja kita agar tidak menormalisasi hal-hal yang tidak baik," tegas Amin.
Narasumber dari Prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga turut memberikan pandangan. Dr. Bono Setyo, M.Si, Direktur COMTC, membawakan materi mengenai pentingnya "Infotainment yang Edukatif" dan strategi penguatan literasi media di masyarakat. Ia menjabarkan ciri-ciri program edukatif yang idealnya harus berdasarkan data dan fakta, tidak sekadar gosip, serta mampu menambah wawasan dan empati bagi penontonnya.
Sementara itu, Alip Kunandar, M.Si, dosen prodi Ilmu Komunikasi, membahas posisi infotainment dalam konteks jurnalisme sensasional. "Infotainment di Indonesia bisa dikategorikan sebagai jurnalisme sensasional karena lebih menonjolkan hiburan, emosi, dan kehidupan pribadi selebritas dibanding nilai informatif," jelas Alip.
Panelis lain yang hadir termasuk Dekan FISHUM, Prof. Dr. Erika Setyanti Kusumaputri, M.Si, yang membahas dampak tayangan dari perspektif psikologis, serta Komisioner KPID DIY, Arif Kurnia Rahman, M.A., yang memaparkan tantangan pengawasan di tingkat lokal.
Diseminasi yang dihadiri mahasiswa dan akademisi ini diharapkan dapat mendorong terciptanya iklim kerja penyiaran yang lebih kolaboratif, empatik, dan tangguh dalam menghadapi era digital. (K.Ind, Afwa)